Minggu, 12 Januari 2014

Bagaimana pun dia tetap temanku



Di tahun ajaran baru ini aku mendapatkan teman baru, Winnie namany. Sejak pertama kami bertemu kami langsung akrab, kami bersahabat, sahabat yang sangat dekat. Ia  sudah menganggapku seperti adiknya aku pun demikian menganggapnya seperti kakakku sendiri. Kakak yang tidak pernah aku miliki karna memang aku terlahir sebagai anak tunggal. Winnie adalah sosok perempuan yang sempurna di mataku ia cantik, pintar, memiliki mata yang indah yang tidak dimiliki oleh semua perempuan dikelasku, satu lagi dia mempunyai sifat yang sangat pemberani.
            Tapi suatu hari di bulan Desember yang dingin juga menjadi bulan yang merubah semua yang ada di antara Aku dan Winnie. Aku pergi ke sekolah seperti biasa, tapi ketika aku tiba di kelasku semua murid kelihatan heboh sekali, aku bertanya pada salah satu teman sekelasku, Sarah dia menjawab kehebohan ini karna munculnya kabar bahwa hari ini winnie tidak masuk, awalnya aku menganggap itu wajar karna semua murid boleh sama tidak masuk sekolah dan sangat tidak masuk akal jikan menjadi sebuah kehebohan dikelasku. Tapi aku sangat kaget ketika tahu bahwa alasan Winnie tidak masuk karna sakit Aids yang di deritanya. Aku tidak tahu harus berkata apa yang aku rasakan hanya ingin menangis mengingatnya, ia adalah temanku, sahabatku, kakak ku kenapa dia bisa terjangkit virus menyeramkan itu.
            Beberapa hari berikutnya Winnie sudah mulai masuk sekolah dia duduk di tempat biasanya kami duduk bersama sebagai teman sebangku, semua murid dikelasku menjauhi Winnie demikian pula denganku, aku memilih duduk dengan dita dibangku paling belakang, aku melihat Winnie menatapku dengan tatapan penuh kekecewaan dan mata yang berkaca-kaca aku tidak berani menatap matanya karna aku takut sekali menangis disaat itu juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar